Jiwa yang Kuat mengekspresikan Raga yang Sehat
Kedokteran barat merumuskan kesembuhan seseorang berada atau bergantung dengan apa yang ada diluar diri. Menggali data dari apa yang tampak atau termuat dalam proyeksi mikroskopik. Menamai seseorang yang mengalami sakit dengan label pasien. Pasien seakan -akan mereka yang di dikte dengan keyakinan bahwa mereka lemah - rentan dan harus bergantung pada peristiwa diluar diri. Mereka di program menjadi lemah tak menyadari bahwa kekuatan kesembuhan sebenarnya berada di dalam dirinya sendiri. Sementara industri obat-obatan mungkin juga turut andil menghalangi kesadaran mereka perihal "kesembuhan".
Saatnya menelisik lebih dalam tentang perihal ketergantungan pada tubuh materialistik, yang menjadi tolak ukur medis barat. Mens sana in corpore sano, ungkapan bahasa latin yang artinya di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Bila sedemikian telah dibakukan - bagaimana dengan kondisi orang gila dipinggiran jalan, mereka tampak sehat secara jasmani - namun jiwanya secara medis maupun moralistik terhukum dengan labelitas sakit atau rapuh. Atau dalam kasus dignosis-treatment yang berbeda pada kasus pasien yang mengidap sakit yang sama, dengan memberi dosis yang sama, namun reaksi yang didapat berbeda. Ini membuktikan bahwa kebenaran perihal kesembuhan berada pada diri sejati yang merupakan sumber dari energi kesembuhan, bukan berada pada koreksi materialistik, ataupun peristiwa diluar diri. Secara intrinsik kembali kepada kesadaran terhadap diri seutuhnya adalah kunci dari setiap penanganan masalah.
Saatnya kita membongkar kesembuhan, kesejahteraan, dan kedamaian dengan kembali ke pada diri sejati kita. Menelan pil tidak selamanya baik. Satu dosis obat akan mengkoreksi fungsi A, namun justru dikemudian hari obat tersebut akan mengganggu fungsi B, C, D dst. Tidak selamanya menelan obat-obat sintetis itu menggaransi kebaikan tubuh kita. Salah satu penyebab komplikasi adalah ketergantungan terhadap pil obat-obatan. Lebih jelinya kita harus mulai memetakan antara rasa sakit (pain), penyakit (disease), sakit (illness), dan penderitaan (suffering). Keempat hal tersebut berada dalam medan kesadaran.
Kita harus memulai meneropongnya melalui kuasa tiga ruang; body, mind, spirit (tubuh, pikiran, spirit) . Hal pertama yang harus diketahui adalah tubuh tidak mampu mengalami dirinya sendiri. Ini gagasan mengejutkan karena kita pikir kita mengalami tubuh kita- kita berpikir kita adalah tubuh kita. Bagaimana tubuh kita dialami? Misalnya, lengan tidak mungkin bisa mengalami ke-lengan-annya. Kaki tidak bisa mengalami ke-kaki-annya. Keduanya dialami melalui sensasi-sensasi, seperti halnya seluruh bagian tubuh lainnya. Kita tidak mengalami tubuh, melainkan kita mengalami sensasi-sensasi si tubuh. Dan dimanakah sensasi-sensasi tubuh di alami? Itu di alami di dalam pikiran. Tanpanya kita tak akan mengalami pemberitahuan tentang pengalaman tubuh. Pengalaman atas tubuh tidak berlangsung di dalam tubuh, melainkan di dalam pikiran. Itulah gagasan pertama yang harus kita terima.
Selanjutnya adalah, pikiran tidak bisa mengalami dirinya sendiri. Pikiran tidak bisa mengalami pikirannya sendiri; perasaan tidak bisa mengalami perasaannya sendiri; dan memori tidak bisa mengalami memorinya sendiri. Pikiran harus berada di dalam sesuatu yang besar dibanding dirinya sendiri agar mengetahui apa yang terjadi di dalam pikiran (Ingsun ameruhi kuasaning ciptaning ingsung dewe). Dan apakah itu? Kita mengetahui apa yang terjadi dalam pikiran kita karena kesadaran. Konten pikiran, dan apa yang terjadi dalam pikiran, di ketahui lewat kesadaran; karena itu, seluruh pengalaman berlangsung dalam kesadaran. Pengetahuan kita tentang apa yang terjadi berlangsung dalam kesadaran. Jika kesadaran dihilangkan, tak ada pengetahuan tentang apa yang terjadi di dalam pikiran. Itulah tujuan anastesi. Saat dilakukan tindakan operasi tujuan bius total adalah meng-offkan kesadaran. Uniknya kita bisa melakukannya dengan berlatih meditasi, memasrahkan semua memori-memori pikiran yang negatif. Dalam kondisi kepasrahan yang dilakukan terus menerus kita mampu berada pada momentum "suka cita" perlahan segala sensasi-sensasi penderitaan itu akan sirna. Kesembuhanpun terjadi. Ingat pikiran mengalami tubuh, kesadaran mengalami pikiran. Mindfulness melatih kita agar berada pada kesadaran yang utuh tak terpenggal-penggal, yang menimbulkan kebuntuan dan penyakit batin yang mengekspresikan penyakit fisik juga penderitaan. Kita juga harus menghentikan ketergantungan terhadap analgesik. Kita tahu bahwa ketergantungan terhadap analgesik memiliki dua efek negatif. Pertama, karena ini solusi ajaib dalam jangka pendek, kesadaran kita tak pernah berkembang. Kita menyerahkan begitu saja kekuatan kita pada obat penahan rasa sakit, kekuatan yang dimiliki kesadaran kita. Tidak semua kondisi sakit itu buruk, selalu ada tujuan dalam kondisi sakit. Kita harus bisa menangkap pesan / ilhamnya. Ketika kita menyerahkan kekuatan kita pada obat, pertumbuhan personal kitapun berhenti. Efek negatif yang kedua adalah ketergantungan terhadap analgesik atau narkotika, yang menciptakan dan memperparah seluruh masalah dengan tantangan yang bisa lebih berat dibanding kondisi semula.
Tradisi timur, kususnya china dan jawa telah mengembangkan husada berbasis adikodrarti. Kesembuhan yang dimulai dari dalam diri. Memahami kondisi sakit sebagai dialetika antara tubuh, pikiran, dan spirit. Tidak lagi mengenal dikotomi antara raga dan ruh. Karena sejatinya hampir dari keseluruhan semesta adalah ruh - imateri, raga hanyalah lapisan terluar, terkasar, terendah dari ruh. Raga hanyalah kulit ari dari ruh. Fenomena kematian hanyalah terkelupasnya kulit ari tersebut, namun ruh tidak mati, ia kekal. Tidak ada dikotomi antara Gusti dan Kawulo, Kawulo adalah bagian dari Gusti kesatuan yang agung, tidak ada langit dan bumi, bumi adalah bagian dari langit. Kita mulai membalik sabda mens sana in corpore sano, menjadi mens sano in corpore sana. Jiwa yang kuat mengekspresikan raga yang sehat. Sementara diktum yang mencetuskan berbagai macam penyakit dan persakitan, kita kembalikan ke asalnya - kesadaran yang agung. Sangkan Paraning Dumadi, Hayu Langgeng Ora Kasasar, Ora Kasamaran Opo-opo. Suwung, Pasrah Sumarah.
Referensi:
The Biology Of Believe; Misteri Pikiran, Keyakinan, Sel, dan DNA, Bruce Lipton. Javanica.
Induk Ilmu Kejawen, Dhamarshasangka. Javanica.
Healing and Recovery; Jalan praktis dan efektif hidup sehat secara fisik, mental, dan spiritual. Javanica.
Tujuh Hal Yang Mencuri Sukacita Anda, Joyce Meyer. Immanuel.
0 Comments