Ritus Haji dan Umroh
By. Rahmad Darmawan
Ritus Haji dan Umroh: Nyadran ke kota suci para leluhur guna menyadari Kampung Asal
Ritus Haji atau Umrah sejatinya adalah ritus ziarah dan kumpul-kumpul keluarga besar dari banyak sekali klan dan kabilah Bangsa Nabatea yang jasad para leluhur mereka dimakamkan di Ummul Qura, di Kota Bakkah, yang terletak di Petra, Jordania.
Ritus Hajj adalah ritus yang dilakukan paling tidak seumur hidup sekali. Ini dilakukan oleh keturunan Bangsa Nabatea yang sudah merantau sangat jauh dari Kota Suci Bakkah. Dengan melakukannya paling tidak sekali seumur hidup, maka diharapkan keterhubungan dengan arwah para leluhur tetap terjaga.. Dan keberkahan hidup seluruh keluarga besar bisa diperoleh.
Bagi yang bisa melakukannya tiap tahun, maka acara ini dinamakan Umrah atau Hajji kecil. Dan acara tahunan ini akan diisi dengan berbagai ritus, yakni; mengunjungi makam leluhur, spend time di berbagai spot menarik, berinteraksi dengan saudara-saudara satu klan atau wangsa yang memilih tinggal di kota Suci dan tidak merantau, serta tentunya acara pesta makan besar antar keluarga.
Kini, di dekat makam-makam megah di kota Petra anda akan melihat berbagai spot yang dulunya digunakan sebagai tempat untuk acara makan-makan dan kumpul keluarga tersebut.
Di jaman Nabi Muhammad, ritus ini sudah menjadi cukup besar, sehingga jemaahnya tidak hanya dari Wangsa Nabatea saja. Ritus nyadran ke kota suci Bakkah ini sudah dipromosikan jauh sampai ke China, dibuktikan dengan adanya Masjid yang dibangun oleh Paman Nabi, Sa'ad bin Abi Waqash di Guang Zu, yang kiblatnya menghadap ke kota Bakkah, yang sekarang disebut Petra, di Jordania.
Hal ini menunjukkan bahwa ajaran untuk menghormati para leluhur ada di dalam sejarah semua agama. Terlepas nanti di kemudian hari, hal-hal yang bersifat politis membuat fakta terkait dengan ajaran penghormatan terhadap leluhur ini dikaburkan.
Pengkaburan sejarah ini dilakukan dengan menciptakan hadist palsu bahwa Nabi melarang kita meniru orang-orang Yahudi yang membangun megah makam para Nabi mereka dan menjadikannya tempat ibadah.
Namun yang membuat saya heran, mencela tradisi membangun makam-makam orang saleh ternyata juga ditemukan di Alkitab.
Di Matius 23:29 dikatakan: "Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu membangun makam nabi-nabi dan memperindah tugu orang-orang saleh"
Saya meyakini bahwa hadist dan ayat Alkitab di atas dibuat sebagai penafsiran terhadap doktrin keagamaan baru yang berakar dari gerakan kekristenan yang juga merupakan keyakinan yg dianut banyak penduduk Kota Suci Bakkah saat itu.
Saya meyakini doktrin ini awalnya merupakan kritik terhadap aksi bermewah-mewah para bangsawan mereka waktu itu dalam membangun makam-makam para Nabi mereka, namun melupakan dan melanggar inti ajaran dari Para Nabi tersebut yakni menyantuni yang lemah, membebaskan mereka yang tertindas.
Namun, kritik terhadap praktek bermewah-mewah dalam membangun makam para suci yang terekam di dalam hadist dan ayat dalam Alkitab tersebut, mestinya dipahami secara kontekstual.
Yang dikritik adalah kemunafikannya, bukan menghormati dan nguri-uri ajaran leluhur yang mulia dan baik.
Yang mengingatkan kita kepada asal atau sangkan, dan memantapkan kita ke arah dan tujuan yang benar atau paran.
Tulisan sebelumnya (alur mundur);
BerHaji dan Umrah ke Petra Al Haraam, Mekkah yang sebenarnya
Dan Gibson bukanlah satu-satunya yang menyampaikan bahwa Petra di Jordania adalah Mekkah yang sebenarnya.
Ada satu video yang dirilis oleh channel 'the Black Banners of the East' yang juga menyampaikan hal yang sama.
Channel ini menisbatkan diri sebagai channelnya Ahlul Bait dan merupakan perpanjangan dari ajaran Imam mereka yakni Ahmad Al Hassan. Jadi tidak berkaitan sama sekali dengan Dan Gibson. Namun mereka berdua menyampaikan hal yang sama terkait dengan Petra sebagai Mekkah yang sebenarnya.
Yang ingin saya ulas kali ini adalah rute Haji dan Umrah di Petra menurut temuan Dan Gibson yang bersumber dari video YouTube beliau yang berjudul 'Petra Pilgrimage' (mau tonton, langsung klik saja). Video tersebut berbahasa Inggris dan belum ada subtitel bahasa Indonesianya.
Jadi, saya mencoba membantu teman-teman sekalian mensarikan inti dari yang hendak disampaikan oleh Dan Gibson dalam video tersebut. Di sana-sini dalam ulasan ini, tentu saya membubuhi pemahaman saya yang hanya sedikit berbeda dari detail yang disampaikan Dan Gibson, namun secara garis besar sama.
Karena ulasan ini berangkat dari temuan bahwa Petra adalah Mekkah yang sebenarnya, maka ketika saya menyebut kata Mekkah, yang saya maksudkan adalah Petra yang ada di Jordania, kecuali saya menyebut secara khusus Mekkah yang ada di Arab Saudi.
Berikut adalah ulasannya, semoga bermanfaat.
Wangsa Quraisy, salah satunya kakek Nabi Muhammad sendiri, Abdul Muthalib, adalah pemegang kunci Kabah dan penjaga sumur Zam-zam yang ada di Mekkah. Wangsa Quraisy ini bahkan yang berkuasa menentukan pula kompleks-kompleks mana di bagian kota Mekkah ini yang bisa dihuni oleh orang-orang Kristen, Yahudi dan para politheist (penyembah berhala).
Wangsa Quraisy pula yang menentukan aturan-aturan dalam ritus Haji seperti tidak boleh memotong tanaman, berburu dan sebagainya. Juga ada aturan-aturan tambahan yang dibuat untuk menguntungkan Wangsa Quraisy secara ekonomi, seperti tidak boleh membawa makanan sendiri, pakaian ritus haji tidak boleh bawa sendiri, dan sebagainya. Sehingga untuk makanan dan pakaian ini, para peziarah harus membeli dari penduduk setempat. Bahkan kalau mereka tidak mau membeli pakaian dari penduduk setempat, mereka akan disyaratkan melepas pakaian mereka dan telanjang ketika melaksanakan ritus ini.
Ketika Muhammad datang dan mengambil alih wewenang atas kota suci ini, beliau menghapus aturan-aturan yang bertujuan mendapatkan uang dari para peziarah ini. Beliau mengijinkan para peziarah untuk membawa makanan dan pakaian sendiri.
Namun ada ritus baru di depan Kabah yakni 'ritus sholat' yang dilakukan Nabi Muhammad untuk pertama kalinya yang membuat para peziarah lain dari berbagai belahan dunia terheran-heran tentang 'agama baru' ini. Padahal ritus ini bukan ritus baru. Penduduk Mekkah yang beragama Kristen sudah melalukannya. Tapi melalukannya di depan Kabah diprakarsai oleh Muhammad.
Bersambung ke penjelasan tentang tempat-tempat yang dilewati oleh para peziarah atau jemaah Hajji/Umrah.
__________
Kali ini saya akan menggunakan kata Petra jika yang saya maksud adalah Petra, karena bagian ini memang adalah penjelasan dari spot-spot asli dari ritual Hajji yang ada di Petra.
Berikut adalah rute Hajji yang asli yang dilakukan sebelum dan pada masa Nabi Muhammad.. Tempat-tempat yang disebut ada di Petra Mekkah yang asli...Hanya ritus doanya saja yang berbeda.. Urutan tempatnya sama.. Dan urutan rute dan tempat ini juga yang kemudian diadopsi di Mekkah di Arab Saudi. Walaupun tentunya tidak cocok dengan deskripsi riwayat dan hadist:
Pertama, para peziarah akan bersuci di sebuah desa namanya Jiranah. Tempat inilah yang disebut 'Al aqsa', titik terjauh dari Masjid Al Haraam. Jadi bukan Al aqsa yang ada di Jerusalem yang disalahpahami sebagai kiblat pertama umat Islam. Al aqsa yang di Jerusalem baru dibangun 90 tahun paska Nabi wafat. Jadi bagaimana bisa jadi kiblat pertama kalau pas jaman Nabi belum ada?
Al-aqsa ini kalau di Petra adalah 'Wadi Musa' yang di sana ada 'The spring of Moses' atau sumber air Musa. Harus diingat bahwa penamaan tempat-tempat di Petra dilakukan pada jaman moderen. Jadi jangan bingung dengan nama.
The Spring of Moses in Wadi Musa
Setelah bersuci di Wadi Musa, peziarah akan melakukan perjalanan sekitar 7-8 kilometer menuju pusat kota suci Petra Al Haraam. Setelah melewati Al-Adna, sumber air yang lain yang ada di luar Petra, para peziarah akan melihat dan melewati 'The obelisk Tomb' dan puluhan batu raksasa yang dipahat berbentuk kotak yang menandai 'wilayah Haraaam'. Nah penanda seperti ini tidak ada di Mekkah yang di Saudi.
The Obelisk Tomb
Batu-batu raksasa yang dipahat indah di sepanjang jalan menuju kota suci sebagai penanda wilayah 'Haraaam'
Setelah itu, peziarah akan melewati 'thaniya', jalan yang diapit dua gunung batu menuju kota suci Petra Al Haraam.. Dan kemudian sampailah mereka di depan bangunan megah 'The treasury', yang diyakini Dan Gibson dulunya adalah perpustakaan besar kota suci ini.
Thaniya, jalan masuk menuju kota suci
Kemudian masuklah jemaah Hajji/Umrah ini ke area kota suci dan melewati 'The Street of Facades'. Setelah itu berjalan lagi di mana di sebelah kiri mereka akan melihat 'The Theatre'. Di 'teater' inilah saya meyakini dulu orang-orang Quraisy termasuk Nabi Muhammad sering 'tampil' dengan syair-syair mereka untuk menghibur sekaligus memberi siraman ruhani pada para penduduk 'Ummul Quraa' tersebut.
The Street of Facades
The Theatre, tempat para penyair Quraisy, termasuk Nabi Muhammad, sering 'tampil'
Di sebelah kanan, para peziarah akan melihat 'The Great Urn Tomb'. Dan setelah berjalan beberapa waktu, mereka akan melihat begitu banyak kompleks makam lainnya yang dengan megah terpahat di dinding-dinding gunung, yang salah satunya adalah 'The Royal Tomb'.
Orang-orang pada masa itu sangat ingin meninggal dan jasadnya diletakkan di salah satu makam di kota suci ini.
The Great Urn Tomb
The Royal Tomb
Kemudian sampailah para jemaah di area bekas sumber air besar. Inilah yang Dan Gibson yakini sebagai Sumur Zam-Zam yang asli.
Nymphaeum Petra. Bekas sumber air yang diyakini Gibson sebagai Sumur Zam Zam yang asli
Setelah itu, para jemaah berjalan melewati jalan utama kota, yang di kanan kiri terdapat kuil dan bangunan-bangunan publik. Di sebelah kanan ada kuil Dewi Latta, dan di sebelah kanan ada kuil Dewa Hubal. Di depan Kuil Dewa Hubal, ada reruntuhan fondasi berbentuk kotak.
Di situlah, Kabah yang asli terletak. Dan para peziarah mengelilingi spot tersebut sebanyak tujuh kali.
Kuil Dewi Al Laat
Kuil Dewa Hubal. (Di depannya adalah sisa reruntuhan Kabah yang asli).
Kemudian para peziarah berjalan ke selatan sampai mereka menemukan spot yang sangat luas dekat Mina yang akan mereka gunakan untuk berkemah dan bermalam.
Nama kuno tempat tersebut Dzulhulaifa. Tapi nama moderennya belum ada.
Keesokan harinya, setelah bermalam, mereka akan bangun dan melanjutkan perjalanan menuju 'Gunung Arafat'. Kalau di Mekkah, Gunungnya jadi 'Padang' Arafah. Padahal di hadist disebut 'gunung'. Dan kalau di Petra, Gunung Arafah ini bernama 'Jabbal Haruun'.
Gunung Arafah atau Jabbal Haruun
Di Gunung Arafah atau Jabbal Haruun inilah para peziarah akan bermeditasi, berdiam diri, atau 'wuquuf'.. Namun, Muslim tidak akan sendiri di sini, karena di Jabbal Haruun ini ada bangunan gereja, ada kuil dan juga bangunan masjid yang diyakini sebagai makam Nabi Haruun, makanya dinamai Jabbal Haruun.
Bangunan masjid di Jabbal Haruun, tempat Nabi Harun dimakamkan
Gunung Arafah yang asli inilah yang merupakan tempat bertemunya Muslim (pada masa Nabi belum ada, istilah ini dimaksudkan untuk merujuk pada pengikut Nabi Muhammad), Kristen, Yahudi, dan Politheist (penyembah berhala), di mana mereka bermeditasi khusyuk sembari menyaksikan pemandangan yang sangat spektakuler dari puncak gunung tersebut. Jadi ritus Hajji atau umrah yang asli ini jelas bukan ritus eksklusif untuk orang-orang dari satu agama saja. Semua orang dari berbagai agama dari seluruh dunia bisa menjalankannya.
Jadi ritus Hajji atau umrah yang asli ini jelas bukan ritus eksklusif untuk orang-orang dari satu agama saja
Kemudian, biasanya menjelang malam, mereka akan turun dari Gunung Arafah atau Jabbal Harun melalui 'Muzdhalifah' atau lereng yang curam kembali ke tempat mereka berkemah.
Para jamaah akan melanjutkan ritus ini keesokan harinya...
Masih ada lanjutannya mestinya. Tapi, sampai di sini dulu ya. Saya capek. Kalau ada kesempatan semoga bisa saya lanjutkan next time...
Link video Dan Gibson: https://youtu.be/EoCOGSIaICM
Link video channel Black Banners:
Editor: Mappasessu
0 Comments