Kekuatan
Pernah satu waktu saya melihat di stasiun Louho Shenzhen, satpam wanita mengejar pejambret. Wanita itu langsing. Terjadilah kejar kejaran. Semua orang hanya menonton. Saya kawatir pria yang dikejar berhenti. Apa jadinya. Bisa dibanting itu satpam. Tetapi apa yang terjadi? Wanita itu melompati empat tangga semen menuruni stasiun. Dan dia sambut pria yang sedang berlari turun. Namun pria itu mendorong wanita dengan kedua tangannya. Wanita itu menggunakan tangan pria itu seraya merendahka tubuhnya dan dengan cepat membanting pria itu menggunakan kekuatan punggungnya. Pria itu langsung KO. Saya tersenyum. Well Done.
Tapi setelah itu timbul tanda tanya bagi saya. Bagaimana wanita langsing bisa menjatuhkan pria lebih besar ukuran tubuhnya. Dengan bantingan lagi. Teman saya tersenyum. Nanti suatu saat saya ajak kamu ke Yunnan. Di sana ada klenteng budha. Kamu akan dapat jawaban. Katanya. Pada satu kesempatan saya diajak teman ke Yunnan. Dia ajak saya ke komunitas budha. Di sana ada klenteng. Karena letak mata air ada di bawah bukit. Tempat klenteng diatas bukit. Ada wanita kerempeng , dengan santai dia angkat dua gentong dengan kayu penyeimbang antara dua gentong itu. Saya coba angkat sendiri. Engga sanggup saya.
Saya pernah pergi ke meseum. Di situ ada tombak dari kayu besi dan matanya dari perunggu. Panjang tombak itu 1,5 kali tinggi tubuh saya. Saya coba angkat tombak itu. Berat sekali. Engga sanggup saya. Dalam catatan di museum. Tombak itu digunakan oleh pasukan Singosari waktu mengusir pasukan dari mongolia. Konon tombak itu jadi lembing yang dilempar dari kapal ke kapal musuh. Kebayangkan. Kuatnya mereka. Kita mengangkat saja engga sanggup. Lah ini mereka bisa lempar. Tentu dengan power tinggi.
Bagaimana mereka bisa melatih kekuatan itu. Padahal tubuh mereka tidak berotot seperti hercules atau binaragawan. Selama 30 hari di Klenteng di Yunnan, setelah mengikuti program healing. Saya jadi tahu. Bahwa orang budha melatih kekuatan pikiran dan batin. Persepsi mereka tentang materi itu tidak seperti orang pada umumnya. Pemahaman mereka sudah melewati ruang waktu. Makanya tidak sulit mereka manggul beban berat sekalipun. Bahkan hidup yang sangat bersahaja bisa mereka lewati tampa mengeluh seperti kita pada umumnya.
Hikmah :
Beban hidup berat tergantung persepsi tentang materi.
Rasa kawatir adalah beban yang sangat berat sehingga membuat anda malas.
Apalagi rasa takut, itu beban yang maha berat sehingga membuat anda tidak mau melangkah.
Lalu,
Apa yang membuat ringan? maka itulah cinta. Karena cinta anda berani masuk hutan, menyeberangi lautan dan mendaki gunung. Tidak takut mengambil resiko dalam kelelahan untuk dapatkan nafkah. Karena cinta apapun jadi mudah dan ringan. Sebaliknya bila tidak ada cinta, apapun jadi berpamrih, semua jadi sulit dan berat.
Pahamkan sayang.
0 Comments