Opini -- Hakikat Keabadian Manusia
“Ana Al-Haqq” (Akulah Sang Kebenaran).
Kata-kata ini mengguncang dan menggetarkan nurani jagat raya manusia.
Ucapan itu bagai halilintar menggelegar yang menghantam dan meluluhlantakkan bumi manusia.
Husein Manshur al-Hallaj, lahir 858 M, nama yang melegenda dalam dunia sufisme.
Kisah tragedi kematian mistikus besar ini disampaikan berbagai sumber dengan beragam nuansa mitologis dan dongeng (Asthurah). Sebagian cerita yang berkembang kemudian: “al-Hallaj tidak mati. Dia naik ke langit seperti Isa dan akan kembali ke bumi, seperti Isa”, “Sungai Tigris subur-makmur berkat abu al-Hallaj”. Konon, pada hari ketiga kematian Hallaj, Tigris memuntahkan kemarahannya dengan menenggelamkan bumi Baghdad.
Pesan Hallaj sebelum mati kepada adiknya agar menghentikan bah dahsyat itu.
Kuburannya di Bagdad sampai hari ini, menjadi tempat ziarah paling ramai dikunjungi beribu orang tiap hari dari berbagai penjuru bumi sampai hari ini dan nanti dalam waktu yang panjang.
Ketakutan terbesar manusia adalah menjadi tidak ada.Hakikat Keabadian Manusia
Ketakutan itu membuat manusia menciptakan keyakinan tentang hidup abadi setelah kematian nanti, entah di surga atau neraka; atau
hidup abadi bersama Tuhan; atau
bahkan menjadi Tuhan yang hidup abadi setelah menjalani karma menjadi manusia.
Sebenarnya
Seluruh dosa berasal dari ketakutan ini. Karena takut menjadi tidak ada, manusia bisa melakukan semua tindakan nista. Inilah dosa asal iblis, ilusi realitas, yang bersemayam dalam hati setiap manusia. Kalau kau menyadari dirimu sesungguhnya tiada, apa yang kau takutkan?
Ketiadaanmu adalah keabadianmu.
0 Comments