by. Taufan Hidayat
Manusia sudah tinggal di Afganistan sejak Zaman Batu Tua (Paleolitik) Tengah. Lokasi strategis negara tersebut di sisi sepanjang jalur sutra telah menghubungkan Afganistan dengan budaya Timur Tengah dan Asia lainnya. Sepanjang sejarah, Afganistan telah menjadi tempat tinggal untuk banyak orang dan telah menjadi objek dari banyak kampanye militer, terutama dari Aleksander Agung, Maurya, Arab Muslim, Mongolia, Inggris, Rusia dan di era modern oleh dunia barat. Afganistan juga menjadi tempat di mana dinasti Kushan, Hun Putih, Samanid, Safarid, Ghaznavid, Gurid, Khilji, Mughal, Hotaki, Durrani dan lain-lain telah bangkit dan membentuk kerajaan besar.
Pada 1970-an, serangkaian kudeta diikuti dengan serangkaian perang sipil menghancurkan sebagian besar Afganistan. Kejadian ini mulai ketika negara tersebut condong kepada sosialisme. Setiap negara yang memiliki kecenderungan sosialisme, selalu mendapatkan perlawanan dari kelompok pemodal.
Karena kandungan kekayaan alam dan posisi geopolitik yang strategis inilah Afghanistan menjadi incaran pemodal. Para pemodal selalu masuk melalui kekuatan perusak yang dimiliki suatu negara, untuk memecah belah, dan kemudian menguasai.
Itulah kemudian, militer AS melatih kelompok Islam radikal, yang kemudian dikenal sebagai Taliban. Di Afghanistan ini pulalah kita tahu, bagaimana para Mujahidin Indonesia pertama kali mengenal perang global. Alumni Afghanistan banyak mewarnai aksi-aksi kekerasan, termasuk di Indonesia.
Ide ini, dari beberapa sumber mengatakan, merupakan gagasan dari Ratu Inggris, sementara untuk tugas di lapangan dilakukan oleh Amerika Serikat dan Arab Saudi membiayainya.
***
Setelah membunuh lebih dari 200.000 korban dan 140 miliar dolar dalam perang Vietnam, dan ratusan ribu korban dan 1 triliun dolar dalam perang Afghanistan, regim Washington tampaknya tidak puas dengan dua kekalahan historis ini, ingin melanjutkan proyek kriminal perang tanpa akhir.
Di manakah wilayah kekalahan berikutnya? Amerika Latin? Eropa? Asia?
Prospek baru untuk perdamaian tampaknya ada di depan mata bagi rakyat Afghanistan. Rusia, Cina dan Iran, sangat kontras dengan kebijakan agresif AS, mempromosikan landasan bersama bagi perdamaian di Afghanistan berdasarkan kerja sama ekonomi dan kemakmuran.
Mari kita lihat bersama. Penuh harap.
0 Comments